WaOde Asriyani (P00320013137) Perbedaan Hasil Pemeriksaan Sedimen Urine Yang Diperiksa Kurang Dari Satu Jam Dan Lebih Dari Satu Jam Pada Pasien Suspek Infeksi Saluran Kemih (ISK) Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Dibimbing oleh ibu Sitti
DOWNLOADPDF. 2013, No.1316. 9. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS. PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS BAB I PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan
Carapengambilan urine clean-catch pada pasien pria 1. Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. 2. Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang.
menunjukkanbahwa 80% protein urine positif. Pemeriksaan protein didalam urine saat ini masih efektif untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal dan dapat dijadikan acuan sebai penanda fungsi ginjal (Guh, 2010). Proteinuria pada penyakit ginjal diakibatkan karena peningkatan akibat permeabilitas dan kerusakan barrier
21. Pengertian. Pemeriksan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan/sample dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy (www.dokter.indo.net.id.). 2.2.
V1P4lV6. - Setiap makhluk hidup, termasuk manusia pastinya akan melakukan proses eksresi. Eksresi adalah proses pembuangan sisa metabolisme dan benda yang tidak dimanfaatkan lagi di dalam tubuh. Bentuk eksresi pada manusia yang pertama adalah buang air kecil. Zat sisa yang dibuang adalah urine. Alat eksresi yang terdapat pada manusia terdiri dari ginjal, kulit, paru-paru, dan juga Warga Jakarta Utara, Kini Bikin SKCK, Tes Urin, hingga Bayar Pajak Bisa di Mall Pembentukan urine Proses pembentukan urine merupakan cara alami yang dilakukan oleh tubuh untuk mengeluarkan racun dan kelebihan kadar air. Dampaknya itu kesehatan di dalam tubuh akan tetap terjaga. Semakin banyak cairan yang dikonsumsi oleh tubuh, akan semakin banyak urine yang dikeluarkan. Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud, ginjal berfungsi sebagai alat ekskresi untuk mengeluarkana zat sisa metabolisme berupa urea, zat sisa empedu dan garam dalam bentuk zat berlarut dalam air. Urine dibentuk di nefron dengan menyaring darah dan kemudian mengambil kembali ke dalam darah dengan bahan-bahan bermanfaat. Itu tersisa bahan yang tidak berguna. Nantinya akan keluar dari nefron dalam bentuk suatu larutan yang disebut urine. Sebelum jadi urine, di dalam ginjal akan diproses terlebih dahulu. Baca juga Sistem Ekskresi Manusia Ada tiga proses dalam pembentukan urine, yakni Filtrasi penyaringan Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat sisa metabolisme yang dapat menjadi racun bagi tubuh. Filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsul bowman yang menghasilkan filtrat gromerulus atau urin primer. Awalnya darah masuk ke glomerulus melalui arteriol affrent dan terjadi filtrasi. Urine primer akan memasuki kapsul bowman. Pada proses filtrasi terjadi akibat mengkerut dan mengembangnya arteriol afferent. Selama terjadi filtrasi sel-sel darah dan molekul protein tidak dapat disaring. Sementara molekul-molekul yang berukuran kecil, seperti garam, asam amino dan gula dapat disaring sampai menjadi bagian dari urin primer. Jika hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa urine seseorang mengandung glukosa, hal ini dapat terjadi sebagai akibat terganggunya fungsi glomerulus. Reabsorpsi penyerapan kembali Reabsorpsi merupakan proses diserapnya kembali zat-zat yang masih bermanfaat untuk tubuh. Zat-zat yang diserap kembali oleh darah seperti, glukosa, asam amino, dan ion-ion anorganik. Proses tersebut terjadi karena transpor aktif. Di mana hasil dari reabsorpsi urine primer adalah urine sekunder yang mengandung sisa limbah nitrogen dan urea. Baca juga Gangguan Sistem Ekskresi Manusia Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang nantinya menghasilkan urine sekunder. Urin sekunder akan masuk ke lengkung henle menuju tubulus kontortus saat melewati lengkung henle desenden, air berosmosis keluar. Sehingga volume urin sekunder menuruna dan menjadi pekat. Augmentasi pengeluaran zat Urine sekunder dari lengkung henle asende akan masuk ke tubulus distal. Di dalam tubulus distal urin sekunder mengalami augmentasi, yaitu proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Zat sisa yang dikeluarkan dari pembuluh darah kapiler adalah ion hidrogen, ion kalium, NH3 dan kreatinin. Pengeluaran hidrogen membantu menjaga pH yang tetap dalam darah. Selama melewati tubulus distal dan tubulus kolektifus, urin kehilangan banyak air, konsentrasi urin semakin pekat. Baca juga Mengenal Inkontinensia Urin, Penyakit Ngompol Orang Dewasa Setelah urine masuk pelvis renalis dan menuju ureter, akan dialirkan ke vesica urinaria untuk ditampung sementara waktu. Pengeluaran urin diatur oleh otot-otot sfingter. Kandung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 mililiter. Kadung kemih di kendalikan oleh saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari plexus hipogastrik. Faktor yang memengaruhi produksi urine Pada proses pembentukan urin selalu melalui tahapan yang sama. Jumlah urine primer yang terbentuk setiap hari kurang lebih 150-170 liter. Tapi hanya 1-1,5 liter urine yang dikeluarkan. Jumlah urine yang dikeluarkan disetiap harinya dapat dipengaruhi tiga faktor, yakni Air yang dikonsumsi Konsumsi air yang banyak kosentrasi protein darah akan turun. Air dalam darah akan membuat tekanan koloid lebih kecil, maka proses penyerapan tidak berjalan maksimal. Itu membuat intensitas buang air kecil lebih sering. Baca juga Perlukah Minum Air Putih 8 Gelas Sehari? Hormon Anti Diuretik ADH Hormon ADH dihasilkan kelenjar hipofisis bagian posterior. Hormon ADH memengaruhi proses penyerapan air oleh dinding tubulus. Jika ADH banyak, penyerapan air oleh dinding tubulus akan meningkat, sehingga urine yang terbentuk sedikit. Sebaliknya jika ADH kurang, penyerapan air oleh dinding tubulus menurun, sehingga dihasilkan banyak urine. Suhu Suhu panas atau mengeluarkan keringat, konsentrasi air dalam darah turun mengakibatkan sekresi ADH meningkat sehingga urin yang di hasilkan sedikit. Sebaliknya jika suhu udara dingin konsentrasi air dalam darah naik sehingga menghalangi sekresi ADH maka produksi urin banyak. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Skip to content Beranda / Informasi Kesehatan / Tindakan Medis / Pemeriksaan Protein Urine Tujuan, Tata Laksana, dll Pemeriksaan Protein Urine Tujuan, Tata Laksana, dll Pemeriksaan protein urine adalah satu dari sekian banyak prosedur pemeriksaan medis guna mendeteksi ada atau tidaknya masalah pada tubuh Anda. Simak informasi lengkap mengenai pemeriksaan ini mulai dari tujuan, tata laksana, hingga Itu Pemeriksaan Protein Urine? Pemeriksaan protein urine adalah prosedur pemeriksaan yang—sesuai dengan namanya—dilaksanakan untuk memeriksa kandungan protein di dalam urine. Hal ini diperlukan, utamanya bagi sebagian kalangan karena adanya kandungan protein pada urine bisa menjadi pertanda dari suatu gangguan medis, khususnya organ ginjal. Ya, idealnya urine yang kita keluarkan tidak mengandung protein. Kalaupun ada, kadarnya tidak tinggi. Prosedur pemeriksaan ini umumnya menjadi bagian dari medical check-up rutin untuk memantau kondisi kesehatan tubuh. Tujuan Pemeriksaan Protein Urine Tujuan dari pemeriksaan protein urine ini adalah untuk memeriksa apakah ada kandungan protein yang banyak pada urine. Seperti yang sudah dijelaskan, idealnya di dalam urine hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali kandungan protein. Jika ditemukan kandungan protein yang banyak, hal ini tentu mengindikasikan ada yang tidak beres dengan organ ginjal. Ginjal yang sehat berfungsi untuk memfiltrasi dan menyerap protein yang masuk ke dalam tubuh. Sebaliknya, ginjal yang bermasalah akan menyebabkan proses penyerapan absorpsi protein menjadi terganggu yang lantas membuat protein justru ikut terbuang bersama urine. Dengan dilakukannya pemeriksaan urine ini, segala kemungkinan yang mengarah pada gangguan fungsi ginjal dapat dideteksi. Ini tentu saja penting agar dokter bisa segera melakukan penanganan medis demi mencegah komplikasi yang bisa membahayakan Anda. Siapa yang Perlu Melakukan Pemeriksaan Protein Urine? Pemeriksaan kandungan protein di dalam air seni ini utamanya dilakukan pada orang-orang yang memiliki gangguan medis tertentu. Gangguan medis yang dimaksud antara lain sebagai berikut Tekanan darah tinggi hipertensi Penyakit ginjal Diabetes Selain ketiga kondisi di atas, wanita hamil juga disarankan untuk menjalani pemeriksaan ini. Pasalnya, kehamilan juga bisa menyebabkan proses absorpsi protein terganggu yang mana hal ini menjadi pertanda dari preeklampsia yang tentu saja berbahaya. Memeriksa urine untuk mengetahui kandungan protein di dalamnya pun bisa dilakukan oleh Anda yang tidak memiliki masalah kesehatan sekalipun. Hal ini tentu bersifat preventif, yakni mencegah atau meminimalisir kemungkinan untuk mengalami gangguan ginjal di kemudian hari. Anda bisa melakukan tes protein urine ini secara berkala bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kapan Melakukan Pemeriksaan Protein Urine? Tes ini sebaiknya dilakukan secara berkala apabila Anda mengalami gejala-gejala yang mengarah pada gangguan ginjal maupun gangguan kesehatan lainnya atau jika Anda sudah terbukti mengalami gangguan medis tertentu yang berkaitan. Mengenai waktu dan frekuensi pemeriksaan, hal ini akan ditentukan oleh dokter dengan memerhatikan kondisi Anda. Sementara untuk tes protein urine yang bersifat preventif, Anda bisa melakukannya setiap beberapa bulan atau beberapa tahun sekali. Konsultasikan mengenai waktu ideal untuk melakukan tes ini dengan dokter. Tata Laksana Pemeriksaan Protein Urine Bagaimana dengan tata laksana pemeriksaan protein urine? Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi pasien dan juga kesiapan fasilitas medis, namun seharusnya tidak ada perbedaan yang signifikan terkait dengan tata laksana tersebut. Berikut adalah informasi yang perlu Anda ketahui terkait tata laksana tes protein urine. 1. Pra Pemeriksaan Sebelum pemeriksaan dilakukan, dokter akan terlebih dahulu melakukan anamnesis guna mengetahui riwayat medis pasien. Hal ini termasuk obat-obatan apa yang pernah atau sedang dikonsumsi. Pasalnya, konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat berdampak pada kadar protein di dalam urine. Obat-obatan yang dimaksud antara lain sebagai berikut Obat antiinflamasi nonsteroid OAINS Obat antibiotik Obat antijamur Heroin Obat lithium Obat rheumatoid arthritis Apabila Anda mengonsumsi salah satu atau beberapa dari jenis obat-obatan tersebut, dokter mungkin akan meminta Anda untuk sementara waktu menghentikan konsumsinya. Tidak lupa, dokter juga akan meminta Anda untuk minum air putih yang banyak dan tidak melakukan aktivitas fisik berat terlebih dahulu guna mengoptimalkan akurasi tes nantinya. 2. Pelaksanaan Pemeriksaan Pemeriksaan urine untuk mengetahui kadar protein di dalamnya dilakukan dengan cara mengambil sampel urine, lalu sampel tersebut akan diteliti lebih lanjut di laboratorium. Sampel urine yang diambil terbagi menjadi 2 dua, yaitu Sampel urine sewaktu, yakni sampel yang diambil beberapa saat sebelum pemeriksaan. Sampel urine 24 jam, yakni sampel yang telah diambil dalam kurun waktu 24 jam sebelum pemeriksaan. Pengambilan sampel dapat dilakukan di fasilitas kesehatan, maupun dibawa dari rumah Anda. Berikut adalah tata cara pengambilan sampel yang benar Bersihkan tangan terlebih dahulu dengan sabun atau cairan antiseptik. Bersihkan alat kelamin dengan tisu khusus biasanya disediakan oleh pihak fasilitas kesehatan. Saat berkemih tempatkan urine di dalam wadah yang juga sudah disediakan. Bersihkan bagian luar wadah dengan tisu pembersih. Setelah itu, tutup wadah dengan rapat sebelum diserahkan ke petugas medis. Setelah sampel urine diserahkan, silahkan tunggu sampai dokter atau petugas medis selesai melakukan analisis di laboratorium. Hasil Pemeriksaan Protein Urine Hasil pemeriksaan protein urine akan mengarah kepada dua kemungkinan, yakni normal dan abnormal. Berikut kriteria kandungan protein yang normal Tes urine acak, kadar protein 0-20 mg/dL. Tes urine 24 jam, kadar protein >80 mg/dL. Apabila hasil tes menunjukkan kadar protein melebihi batas, ini artinya ada masalah pada kesehatan tubuh Anda. Beberapa kondisi medis yang kemungkinan dialami adalah sebagai berikut Infeksi ginjal Infeksi saluran kemih Gagal ginjal Glomerulonefritis Sindrom nefrotik Diabetes Hipertensi Gangguan jantung Limfoma Hodgkin Lupus Rheumatoid arthritis Malaria Preeklampsia Kendati demikian, tingginya kadar protein di dalam urine juga bisa menjadi pertanda lainnya yang terbilang ringan seperti Dehidrasi Demam Hipotermia Stres Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut apabila diketahui kadar protein dalam urine Anda termasuk tinggi. Biaya Pemeriksaan Protein Urine Harga tes protein urine mungkin saja berbeda-beda di tiap fasilitas kesehatan, tergantung dari kecakapan tenaga medis dan fasilitas yang diberikan. Pastikan Anda memilih fasilitas kesehatan yang memiliki reputasi baik dalam menerapkan prosedur pemeriksaan seperti ini. Anonim. Urine Protein Test. diakses pada 24 September 2020 Anonim. 2020. Protein in Urine. diakses pada 24 September 2020 O’Connell, K. 2018. Urine Protein Test. diakses pada 24 September 2020 DokterSehat © 2023 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi
hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa urine mengandung protein